Belajar Dari Sang Teladan Ibrahim Alaihis Salam

Belajar Dari Sang Teladan Ibrahim Alaihis Salam

Allah Ta’ala telah memilih Ibrahim menjadi Nabi dan Rasul-Nya, kemudian menjadikannya sebagai kekasih-Nya, lalu memilih para Nabi dari keturunannya. Sang penutup para Nabi, Muhammad SAW adalah juga dari keturunannya. Suatu predikat mulia sebagai Abul Anbiya, bapak para Nabi melekat padanya. Kisahnya banyak dimuat dalam Al Qur’an, tidak kurang dari 62 kali Allah Ta’ala menyebutkan namanya dan menjadikannya sebagai teladan bagi generasi sesudahnya.

Sebagai kaum muslimin kita adalah orang yang paling layak untuk meneladaninya.
“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imran [3]: 68)

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia”. (QS. Al Mumtahanah [60]: 4)

Pemuda Pemberani

Ketika hidayah keimanan telah kokoh di dalam hati akan lahir keberanian yang akan mendorong seseorang untuk mengajak kepada kebenaran hakiki. Realitas yang ada di sekitarnya tidak membuatnya takut meski dia hanya seorang diri. Itulah yang dapat kita lihat pada kisah Ibrahim Alaihissalam. Tatkala ia melihat kaumnya menyembah berhala hasil karya tangan mereka sendiri yang tidak mendatangkan manfaat maupun mudharat, dengan penuh keberanian Nabi Ibrahim Alaihissalam menghancurkan berhala-berhala itu. Keberanian yang memang membawa risiko besar, tetapi jiwa yang penuh keimanan menganggap semua risiko di jalan Allah sebagai hal yang kecil, meski nyawa sebagai taruhannya.

Perbuatan Nabi Ibrahim itu lalu membawanya kepada peristiwa pembakaran dirinya. Namun dengan penuh ketenangan dan tawakal yang sempurna Nabi Ibrahim as. berpasrah diri kepada Allah Ta’ala yang diyakininya tidak pernah berdiam diri membiarkan hamba-Nya. Betapa keberanian itu kemudian melahirkan keyakinan kuat padanya dirinya akan pertolongan Allah Ta’ala. Maka Allah Ta’ala lalu menurunkan mu’jizat-Nya dengan merubah api menjadi dingin dan memberikan keselamatan kepada Ibrahim Alaihissalam.

Logika sehat membawa kepada Iman

Nabi Ibrahim Alaihissalam dalam banyak kisahnya yang diungkapkan Allah Ta’ala adalah orang yang selalu mengedepankan logika sehat. Ketika berdebat dengan kaumnya, beliau mengajak mereka untuk merenungkan hakikat penyembahan terhadap berhala. Bukankah berhala yang dihancurkan oleh tangannya itu tidak bisa menyelamatkan diri mereka sendiri? Sesuatu yang tidak bisa membela diri sendiri bagaimana mungkin bisa membela orang lain?

Atau ketika beliau mendebat kaumnya dengan menggunakan logika sehat terkait penyembahan benda-benda langit. Dimulai dari bintang, sinarnya yang cukup terang pada saat terbit kemudian tenggelam di akhir malam. Benda seperti ini tidak layak sebagai Tuhan. Lalu beralih kepada bulan yang lebih besar dan lebih terang dari bintang, tetapi bulan pun kemudian tenggelam. Bulan tidak layak pula menjadi sembahan. Dan terakhir ia melihat matahari, yang sinarnya jauh lebih terang dari bulan dan ukurannya juga lebih besar, tetapi tatkala benda ini pun tenggelam maka tidak layak matahari menjadi tuhan. Sebagai konklusi dari premis-premis tersebut, Tuhan yang sebenarnya adalah Dzat yang menciptakan benda-benda itu dan mengatur peredarannya, tidak timbul tenggelam seperti ciptaan-Nya. Ya, Dialah Allah Ta’ala sang Pencipta yang Maha Hidup dan Maha Pengatur.

Pada saat berdialog dengan raja Namrudz yang dhalim. Nabi Ibrahim mengalahkannya dengan logika sehat penuh keimanan. Ketika Nabi Ibrahim menyatakan bahwa Tuhannya adalah Allah, Dzat yang menghidupkan dan yang mematikan. Namrudz menjawab sambil mengejek bahwa dirinya juga bisa menghidupkan dan mematikan. Ia lalu menghadirkan dua orang kemudian menyuruh bunuh salah satunya dan membiarkan yang lain hidup. Nabi Ibrahim as. Lalu berkata bahwa Allah Ta’ala menerbitkan matahari dari sebelah timur, ia pun meminta agar Namrudz menerbitkannya dari sebelah barat. Ternyata Namrudz tidak mempunyai jawabannya dan kalah terhina.

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah [2]: 258)

Logika sehat adalah anugerah Allah Ta’ala untuk kita, bila digunakan sesuai aturan-Nya maka dapat membawa kepada kebenaran dan ketenangan hati. Ayat-ayat Al Qur’an dan ayat kauniyah berupa alam semesta membutuhkan logika untuk direnungkan. Betapa banyak ayat yang Allah Ta’ala hamparkan kepada kita, sungguh beruntung orang yang menyadari dan merenungkannya, dan sungguh merugi orang yang menyepelekannya.

Sebaliknya, logika yang tidak sehat dan tanpa batas juga bisa membawa kepada kehancuran. Seperti para filosof yang tersesat jalan atau para pemikir yang justru ilmu mereka membawa kepada penyimpangan, tidak membawa kepada keyakinan dan keimanan. Atau mereka yang mengatasnamakan kebebasan, mereka percaya kepada sebagian ajaran Islam dan menolak sebagian lainnya.

Menambah Pengetahuan

Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah orang yang suka mencari ilmu pengetahuan untuk menambah keimanannya. Banyak cara yang bisa ditempuh dalam mencari ilmu, salah satunya adalah dengan bertanya. Kalau seorang Nabi dapat berkomunikasi dengan Allah baik melalui perantara Malaikat maupun dari balik tabir. Seperti dikisahkan dalam ayat berikut.

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah [2]: 260)

Sebagai muslim hendaknya kita mengambil teladan dari beliau untuk selalu menambah ilmu. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim”. Di antara doa yang dimuat dalam Al Qur’an adalah doa supaya diberi tambahan ilmu, “Dan Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaha [20]: 114)

Memakmurkan Masjid

Sejarah mengabadikan Nabi Ibrahim as. dan puteranya Ismail Alaihimassalam, sebagai pendiri Baitullah, Allah Ta’ala lalu menyuruh keduanya untuk membersihkan rumah-Nya bagi orang-orang yang thawaf, shalat dan i’tikaf.
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (QS. Al Baqara [2]: 125)

Muslim sejati selalu terikat hatinya dengan masjid, tidak pernah absen dari shalat berjamaah di rumah Allah kecuali karena udzur syar’i seperti sakit, musafir dan lainnya. Semua kesibukannya tidak menghalanginya dari bersimpuh di hadapan Allah di rumah-Nya. Seperti digambarkan dalam ayat berikut..

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (An Nuur [24]: 37)

Ketaatan Mutlak

Ketaatan mutlak terhadap perintah Allah Ta’ala. Inilah sifat yang paling menonjol dalam kisah Ibrahim Alaihissalam. Ketaatan yang penuh keimanan dan keikhlasan untuk menunaikan semua perintah Allah yang diembankan kepadanya. Tatkala Allah menganugerahkan seorang anak kepadanya setelah sekian lama menunggu, Allah menyuruhnya untuk menempatkan istri dan anaknya, Ismail alaihis salam di sebuah padang tandus yang sangat kering, pepohonan yang sangat sedikit dan wilayah yang tidak berpenghuni.. Dan Ibrahim mentaati perintah Tuhannya.

“Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim [14]: 37)

Selang beberapa tahun kemudian ketika Ismail mulai tumbuh dewasa, ujian Allah kembali datang kepada Ibrahim. Allah Ta’ala mewahyukan lewat mimpi supaya Ibrahim menyembelih puteranya Ismail. Sebuah pilihan yang amat berat, antara perasaan kasih seorang bapak yang semenjak lama berharap mempunyai anak sebagai penerus, dengan ketaatan kepada perintah Allah sebagai seorang Nabi. Dan ternyata, Ibrahim lebih memilih mentaati Tuhannya daripada mengikuti perasaannya sebagai seorang ayah.

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ), dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, (yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim” Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As Shaffat [37]: 102-110)

Kisah ini kemudian menjadi latar belakang ibadah qurban yang disunnahkan Rasulullah SAW sampai hari ini.
Semoga kita senantiasa diberi petunjuk dan kemudahan untuk meneladani Ibrahim Alaihissalam…Amin ya Robbal Alamiin….

Tags: , , , , , , , , ,
banner 468x60

No Responses

Leave a Reply