Memperbanyak Istighfar

Memperbanyak Istighfar

Setiap kita pasti pernah berbuat kesalahan dan dosa, sedangkan setiap dosa yang pernah kita lakukan akan menorehkan titik hitam dalam hati kita, oleh karena itu agar hati kita tidak tertutup dengan titik-titik hitam karena dosa-dosa yang pernah kita lakukan, agama kita mengajarkan kepada kita untuk menghapuskannya dengan memohon ampunan kepada Allah swt, itulah yang disebut dengan Istighfar.

Makna Istighfar

Istighfar dalam bahasa arab berasal dari kata ghafara yang sering diterjemahkan “mengampuni” pada awalnya kata ghafara bermakna sataro yang artinya menutupi. Nuzhatul Muttaqîn fî Syarhi Riyâdhish Shâlihîn Bab Taubat—Hadis ke-1/13.

Dalam istilah istighfar digunakan untuk seseorang yang memohon ampunan kepada Allah swt dengan minimal mengucapkan: Astagfirullahal ‘adzim, setiap kali kita mengucapkan kalimat tersebut berarti kita minta ampunan kepada Allah swt, minta dimaafkan kesalahan kita, minta ditutupi aib-aib kita.

Sedangkan dalam Al-Qur’an istighfar mempunyai beberapa pengertian diantaranya:
Pertama, Al-Islam yang bermakna keselamatan, Para Ahli Tafsir seperti Mujahid dan Ikrimah mengartikannya demikian berdasarkan firman Allah swt dalam Surat al-Anfal ayat 33:
Dan Allah swt sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” (QS. Al-Anfal[8]: 33).

Kedua, Taubat, yang mengandung makna Kembali dan memohan perlidungan dari perbuatan dosa yang sama dimasa yang akan datang. Ibnul Qoyyim berpendapat Istighfar ada dua bagian, Istighfar mufrad, seperti ungkapan Nabi Nuh as terhadap kaumnya:
“maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun”,(QS. Nuh [71] :10).

Istighfar yang diiringi dangan Taubat (maqrun) seperti firman Allah swt:
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”,(QS. Hud [11]: 3).

Istighfar para Nabi ‘alaihimus salam

Dalam al-Quran, Allah swt mengisahkan kepada kita bahwa para nabi dahulu adalah orang-orang yang rajin beristighfar, diantara para nabi itu adalah:

pertama, Nabi Adam as dan isterinya Hawa yang berkata:
“Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf [7]: 23).

Kedua, Nabi Nuh as berkata:
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesunguhnya Dia adalah Maha Pengampun” (QS. Nuh [71] :10).

Ketiga, Nabi Hud as,
“Dan (Hud berkata), Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (QS. Hud [11]: 52).

Keempat, Nabi Musa as berkata:
“Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah Menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah swt mengampuninya, Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Qashash [28]: 16).
Kelima, Nabi Dawud as berkata:
“Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.” (QS. Shad [38]: 24).
Kemudian Allah swt memerintahkan penutup para rasul-Nya:
“…dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad [47]: 19).
Dan memerintahkan kita:
“Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya… “ (QS. Fushshilat [41]: 6).

Lafazh-lafazh Istighfar

Ada beberapa lafazh istighfar berdasarkan ayat-ayat Al Quran dan hadis yang bisa kita amalkan diantaranya:

Pertama, Astaghfirullaah yang artinya “Aku memohon ampunan kepada Allah swt”. (HR Muslim).

Kedua, Rabbanaa innanaa aamannaa faghfir lanaa dzunuubanaa waqinaa ‘adzaaban naar. Yang artinya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran[3] : 16).

Ketiga, “Rabbighfirlii watub ‘alayya innaka antat tawwaabur rahiim” yang artinya: “Wahai Rabbku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Sunan Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah).

Keempat, “Astaghfirullahal ladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaihi” yang artinya: Aku meminta pengampunan kepada Allah swt yang tidak ada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri dan aku bertaubat kepadanya. (Sunan Abu Daud, Turmudzi).

Perintah Istighfar

Allah swt dalam banyak ayat-Nya dalam Al-Quran memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk senantiasa beristighfar. Allah pun menamai dan mensifati diri-Nya dengan Al-Ghaffaar, Al-Ghafuur, diantaranya firman Allah swt dalam surat al-Mujammil ayat 20:

Dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang(QS. Al-Mujammil [73]:20).
Rasulullah saw mengajarkan kepada kita dengan memberikan contoh melalui perbuatan beliau dimana beliau senantiasa melakukan dan memperbanyak istighfar dalam kehidupan sehari-hari beliau, seperti tergambar dalam sebuah hadis:
Dari Abu Hurairah ra, ia mendengar Nabi saw bersabda,”Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).

Dari Al Aghorr Al Muzanni, bahwa Nabi saw bersabda,”Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702).

HUKUM ISTIGHFAR

Hukum istighfar pada asalnya adalah sunnah, berdasarkan dalil al-Qur’an dalam surat Al-Muzammil ayat 20, “Dan mohonlah ampunan Allah swt, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang”

Dalam ayat tersebut terkandung makna sunnah, karena seseorang beristighfar bukan karena ianya melakukan maksiat atau dosa, namun bisa jadi beristighfar untuk dirinya sendiri, kedua orangtuanya, anak-anaknya ataupun untuk kaum muslimin baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup. Istighfar menjadi wajib bagi seseorang yang telah berbuat dosa. Istighfar menjadi Haram, apabila untuk orang kafir, Istighfar bagi mereka tidak ada manfaatnya sama sekali, disebabkan oleh kekufuran dan kefasikannya, walaupun ia saudara dekat kita, berdasarkan dalil al-Qur’an:
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kera bat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. “.(QS. At-Taubah[9]: 113

Waktu-waktu Istighfar

Beristighfar disyari’atkan di dalam setiap waktu, Allah swt memberi kemudahan kepada hamba-Nya untuk melakukan istighfar. Dia dapat dilakukan pada situasi dan kondisi yang memungkinkan, baik di waktu siang maupun malam, sendirian atau di tengah keramaian, di waktu sehat maupun sakit, di waktu safar atau mukim, dalam kondisi duduk maupun berdiri, dalam keadaan suci ataupun berhadats. Maka, tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak beristighfar. baik setelah kita melaksanakan kebaikan, seperti setelah shalat fardhu sebagaimana Rasulullah saw telah mencontohkan kepada kita untuk beristighfar apalagi setelah melakukan perbuatan maksiat maka kita harus beristighfar, dianjurkan pula pada waktu sahur sebab Allah swt memuji orang-orang yang beristighfar pada waktu-waktu sahur tersebut. Sesuai firman Allah swt dalam surat Ali-Imron ayat 17.

Waktu sahur juga menunjukan disepertiga malam terakhir sebab Allah swt banyak memuji para hamba-Nya yang meminta ampun di waktu tersebut. Dan saat itulah do’a dikabulkan dimana Allah swt turun ke bumi untuk melihat hambanya siapa diantara hambanya yang memohon ampun dan berdo’a kepadanya, Nabi saw bersabda:
“Tuhan kita Allah swt senantiasa turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: Siapa berdo’a kepada-Ku maka Aku kabulkan, siapa meminta kepada-Ku akan Aku beri, siapa yang beristighfar maka Aku ampuni.”(HR. Muslim no. 1772).

Keutamaan Istighfar

Istighfar mengandung banyak keutamaan dan manpaat diantaranya:

Pertama, Penyebab Terhapusnya Dosa, Turunnya Hujan, serta Melimpahnya Harta dan Keturunan. Hal ini sebagaimana firman Allah swt di dalam surat Nuh ayat 10-12:
“Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhan-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh [71]:10-12).

Kedua, Penolak Bencana. Allah swt berfirman:
“Dan Allah swt sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka, dan tidaklah (pula) Allah swt akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al- Anfal [8]: 33).

Ketiga, Membersihkan hati, Rasulullah saw bersabda,”Apabila seorang mukmin melakukan suatu dosa, maka tercoretlah noda hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkannya dan beristighfar, maka bersihlah hatinya.”(HR.Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Tirmidzi).

Keempat, Menambah kekuatan.
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (QS.Hud [11]: 52).

Kelima, Sebagai kafaratul majelis. “Barangsiapa yang duduk dalam satu majelis (perkumpulan orang) lalu di dalamnya banyak perkataan sia-sianya atau (perdebatan) kemudian sebelum ia bangkit dari majelis membaca (istighfar), Subhaanakallahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik.
“Maha suci Engkau ya Allah dan aku memuji-Mu dan aku bersaksi bahwa tiada Allah melainkan Engkau, aku meminta ampun dan bertaubat kepada-Mu.” Maka ia akan diampuni kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya selama di majelis itu.” (HR.Turmudzi, Nasa’i, ibnu Hibban, abu daud dan al hakim).

Penutup

Saudaraku…
Jika Nabi saw saja yang sudah dijamin dosanya yang telah lalu dan akan datang akan diampuni, bagaimana dengan kita yang tidak dijamin seperti itu? Sungguh, kita sebenarnya yang lebih pantas untuk memperbanyak istighfar setiap saat karena dosa kita yang begitu banyak dan tidak pernah bosan-bosannya kita lakukan. Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman:,“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim no. 6737).

Tags: , , , , , ,
banner 468x60

No Responses

Leave a Reply