Karakteristik Pecinta Nabi

Karakteristik Pecinta Nabi

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bercerita sebagaimana yang dicatat Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam Kitab Tafsirnya, Jilid 2 halaman 310. “Suatu hari, datanglah seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh Engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri, dan lebih aku cintai daripada keluargaku, lebih aku cintai daripada anak kandungku sendiri. Jika aku di rumah aku selalu ingat dirimu sehingga aku tidak sabar untuk segera menemuimu dan melihat wajahmu.

Jika aku ingat akan datangnya kematianku dan kematianmu, aku sadar bahwa derajat Engkau di Surga akan ditinggikan bersama para nabi. Sedangkan aku jika masuk Surga, aku takut tidak lagi bisa melihatmu. Rasulullah tidak menanggapi curhat orang tersebut sampai turunlah kepadanya ayat, “Dan siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama dengan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiqin, para syuhada’, dan orang-orang yang shalih. Dan, mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS. an-Nisa’: 69).”

Besarnya Cinta Shahabat pada Nabi

Para shahabat adalah generasi Islam terbaik, cinta mereka kepada Rasulullah sangat besar. Tidak sekadar kata-kata atau ucapan, tapi betul-betul mereka buktikan dengan tindakan. Mereka rela berkorban dengan harta bahkan jiwa untuk membela dan menjaga Rasulullah. Seberapa besarnya cinta mereka pada Rasulullah? Mari kita simak ungkapan Abu Sufyan radhiyallahu’anhu sebelum dia masuk Islam. “Saya tidak pernah melihat sekelompok manusia yang sangat mencintai seseorang melebihi besarnya cinta para shahabat Muhammad pada diri Muhammad”. (Kitab Ma’rifatush Shahabah: 8/ 268)
Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anh juga pernah ditanya tentang seberapa besar cintanya para shahabat terhadap Rasulullah. Dia menjawab, “Demi Allah, Rasulullah adalah sosok yang paling kami cintai, melebihi cinta kami terhadap harta kami, anak-anak kami, ayah dan ibu kami, bahkan cinta kami terhadap Rasulullah melebihi cinta orang yang kehausan terhadap air yang dingin.” (Kitab as-Syifa, karya al-Qadhi ‘Iyadh: 2/ 568)

Karakteristik Pecinta Nabi

Mencintai Rasulullah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. Cinta yang sebenar-benarnya, bukan sekadar di bibir tapi juga tertanam mendalam di hati dan terpancar nyata pada perilaku atau perbuatan. Seperti cintanya para shahabat, para tabi’in dan generasi rabbani setelah mereka. Berikut ini adalah Karakteristik para Pecinta sejati Nabi.

  1. Membenarkan Ajaran Nabi
    Simaklah bagaimana Abu Bakar radhiyallahu’anhu membuktikan seberapa besar cintanya pada Rasulullah dengan selalu membenarkan apa yang disampaikan Rasulullah, diantaranya saat perjalanan Isra’ dan Mi’raj yang ditempuh Rasulullah dalam waktu kurang dari semalam. Banyak orang yang ragu bahkan tidak percaya, tapi Abu Bakar dengan tegas mengatakan, “Jika Muhammad berkata seperti itu, dia pasti benar (tidak bohong).” (Kitab al-Bidayah wan Nihayah: 3/ 108).
  2. Meneladani dan Mengikuti Sunnahnya
    “Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31).
  3. Banyak Menyebut Namanya (Bershalawat Padanya)
    “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS.al-Ahzab: 56). Dan, kaliamat shalawat yang paling utama menurut ijma’ ulama adalah Shalawat Ibrahimiyah, seperti yang kita baca di Tahiyat akhir dalam Shalat.
  4. Rindu Berjumpa Dengannya
    “Di antara umatku yang paling cinta kepadaku adalah orang-orang yang hidup sesudahku, yang mana di antara mereka ingin melihatku walau harus mengorbankan keluarga dan harta benda.” (HR. Muslim).
  5. Mengutamakan Nabi daripada Yang Lain
    “Tidak akan sempurna iman seseorang sampai hawa nafsunya tunduk terhadap apa yang aku bawa.” (HR. Ibnu Abi ‘Ashim dan dishahihkan Imam Nawawi). Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Kaum muslimin telah sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka tidak halal baginya meninggalkannya karena adanya pendapat atau ajaran lainnya.” (Kitab I’lamul Muwaqi’in: 1/ 7).
  6. Mencintai al-Qur’an dan Mengamalkannya
    Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Hendaknya seseorang tidak bertanya tentang dirinya kecuali (tentang kedudukan) al-Qur’an (di hatinya). Jika ia mencintai al-Qur’an, maka ia akan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Baihaqi)
  7. Mencintai Mereka yang Dicintai Nabi
    “Siapa yang mencintai Ali, sungguh ia telah mencintaiku, dan barangsiapa membenci Ali sungguh ia telah membenciku” (HR. al-Hakim). Di riwayat lain, “Siapa yang mencintai keduanya (yakni: al-Hasan dan al-Husein), sungguh ia telah mencintaiku. Dan, siapa yang membenci keduanya, sungguh ia telah membenciku” (HR. Ahmad). Di hadits lain, “Siapa yang mencintaiku, maka hendaklah ia mencintai Usamah” (HR. Muslim).
  8. Membenci dan Memusuhi yang Dibenci Nabi
    “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhir, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya….” (QS. al-Mujadilah: 22).
  9. Membela Nabi dari Serangan Musuhnya
    Bukti cinta kita pada Nabi adalah membelanya jika ada yang menghina dan melecehkannya, baik saat beliau masih hidup atau sudah wafat. Ditambah lagi dengan membela ajarannya bila ada yang mencoba untuk mencemari dan menyelewengkannya. “(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hasyr: 8)
  10. Tidak Mengkultuskanya
    Kita wajib mencintai Rasulullah karena itulah bukti kesempurnaan iman, tapi cinta kita tidak boleh berlebihan atau melampui batas syari’at yang ada. Ingat pesan Rasulullah, “Wahai manusia, hati-hatilah dari ucapan kalian, dan janganlah kalian diperdayakan oleh syetan! Saya adalah Muhammad, hamba dan utusan-Nya. Demi Allah, aku tidak suka kalian mengangkatku di atas kedudukanku yang telah Allah berikan kepadaku.” (HR. Ahmad)

Penutup
Sikap Ghuluw (berlebihan dalam agama) adalah prilaku yang sangat berbahaya, bisa menyeret pelakunya kepada kesyirikan, termasuk ghuluw dalam mencintai Nabi. Rasulullah pernah mengingatkan ummatnya, “Jangan kalian mengkultuskan aku sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan `Isa bin Maryam ‘alaihissalam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sungguh beruntung kalau kita termasuk kelompok yang mencintai Rasulullah dengan benar, meskipun kita tidak pernah melihat beliau secara langsung. Karena cinta kita terebut akan mendatangkan rahmat dan ampunan Allah dan keberkahan-Nya di dunia ini, serta menjadi penyelamat kita dari siksa neraka di akhirat kelak. Rasulullah pernah bersabda, “Seseorang itu (di akhirat kelak) akan berkumpul bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari Muslim). Wallahul musta’an.

Tags: , , , , , ,
banner 468x60

No Responses

Comments are closed.