Tak terasa, kini kita senantiasa bertambah umur dan terus menua. Perlu rasanya kita instrospeksi, sejauh mana diri ini terbebas dari berbagai ancaman, termasuk azab kubur. Kehidupan kita tidaklah hanya terbatas di dunia ini, tetapi akan berlanjut ke etafe berikutnya. Yang terdekat adalah alam kubur. Sehingga sebagai muslim yang baik, kita perlu merancang dan menyiapkan tameng yang bisa memagari kita dari potensi azab kubur yang mengerikan itu. Setidaknya delapan amalan berikut perlu menjadi perhatian:
1) Amal Shaleh
Amal shaleh adalah tumpuan harapan agar manusia terselamatkan dari beragam potensi bahaya. Terkait dengan azab kubur, Rasulullah menginformasikan bagaimana amal shaleh membebaskan manusia dari bahaya ini. “Sesungguhnya mayit jika diletakkan di kuburnya dia akan mendengar derap sandal mereka ketika mereka berpaling darinya. Jika dia seorang mukmin, maka amalan shalat ada di kepalanya, puasa ada di kanannya, zakat ada di kirinya, dan perbuatan kebaikan berupa shadaqah, silaturrahim dan berbuat baik kepada manusia ada di kedua kakinya. Lalu dia didatangi dari arah kepalanya, maka shalat berkata, “Tidak ada jalan masuk dari arahku.” Lalu dia didatangi dari arah kanannya, maka puasa berkata, “Tidak ada jalan masuk dari arahku.” Lalu dia didatangi dari arah kirinya, maka zakat berkata, “Tiada jalan masuk dari arahku.” (HR. Ibnu Hibban, no. 3103 dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
2) Melakukan Koreksi Diri Secara Rutin (Muhasabah)
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, “Hal-hal yang bisa membebaskan manusia dari azab kubur terdiri dari dua kemungkinan; ada yang bersifat global dan ada pula yang bersifat mendatail. Secara global adalah menghindari faktor-faktor yang dapat mengundang datangnya azab kubur. Salah satu sarana yang paling efektif adalah hendaknya seseorang duduk dengan tenang sebelum tidur malam untuk mengoreksi dan melakukan evaluasi terhadap amal hariannya. Apa saja yang menguntungkan dan apa saja yang telah membuatnya rugi. Setelah itu ia memperbaharui kembali taubatnya secara mendalam dengan taubat nasuha, sehingga ia tertidur dalam kondisi bertaubat dan dengan tekad untuk tidak mengulang lagi kesalahan serupa ketika ia telah terbangun kembali. Hal ini dilakukan setiap malam. Jika ia meninggal dunia malam itu maka ia wafat dalam kondisi bertaubat. Jika dia bangun maka ia semangat untuk bekerja dengan penuh keceriaan karena masih diberikan perpanjangan hidup hingga ia menemui Tuhannya dan dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan serta kebaikan yang luput darinya. Tidaklah seseorang memiliki hal yang lebih bermanfaat melainkan tidur dalam kondisi seperti ini, apalagi jika ia menyertainya dengan lantunan zikir dan menggunakan do’a-do’a yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. ketika hendak tidur hingga ia tertidur pulas.” (Kitab Ar-Ruh, Ibnu Qayyim al-Jauziyah Vol.1, hal. 338)
3) Menjaga Perbatasan sehingga Tidak Diserang oleh Orang Kafir (Ribath)
Dalam banyak hadits, Rasulullah Saw. senantiasa menegaskan betapa tingginya pahala orang-orang yang terlibat dalam menjaga pasukan kaum muslimin saat mereka beristirahat ketika sedang dalam perjalanan jihad. Atau pun menjaga perbatasan negeri-negeri muslim sehingga tidak diterobos oleh musuh yang berkeinginan untuk menyelinap masuk dan menyerang kaum muslimin. Aktivitas seperti ini sering kali disebut dengan istilah ribath. Rasulullah sendiri pernah menegaskan, “Ribath (berjaga-jaga di perbatasan) sehari semalam lebih baik daripada puasa dan shalat malam sebulan penuh. Jika dia meninggal maka amalannya senantiasa mengalir sebagaimana yang pernah dia amalkan (rutinitas amalan yang aktif dilakukannya selama hidup). Selain itu, rizkinya juga senantiasa mengalir dan terbebas dari fitnah (azab kubur).” (HR. Muslim no. 3537)
4) Meninggal Sebagai Syahid di Jalan Allah
Dari Miqdam bin Ma’dikarib al-Kindi, dari Rasulullah Saw., beliau bersabda, “Orang yang mati syahid mendapatkan enam hal di sisi Allah: Diampuni dosa-dosanya sejak pertama kali darahnya mengalir, diperlihatkan kedudukannya di surga, dihiasi dengan perhiasan iman, dinikahkan dengan bidadari, diselamatkan dari siksa kubur, dibebaskan dari ketakutan yang besar, akan disematkan di atas kepalanya mahkota kebesaran, satu permata yaqut-nya saja melebihi dunia dan seisinya, dikawinkan dengan sebanyak 72 istri dari kalangan bidadari, dan dapat memberikan syafaat kepada tujuh puluh orang kerabatnya.” (HR. At-Tirmizi no. 1586 dan Ibnu Majah no. 2789)
5) Meninggal pada Malam atau Hari jum’at bagi Orang yang Dikenal Shaleh dan Taat Beragama
Hari jum’at merupakan hari yang memiliki keunggulan tersendiri dalam Islam sebagai inti utama (sayyidul ayyam) hari-hari dalam sepekan. Dengan nilai keunggulan itu sehingga orang muslim yang memiliki komitmen keislaman yang baik, lalu meninggal dunia pada hari jum’at atau malam jum’at, dijadikan sebagai salah satu indikator dan tanda-tanda kebebasan seseorang dari ancaman siksa neraka. Dari Abdullah bin ‘Amr bin’Ash r.a., ia berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa meninggal di hari jum’at atau malam jum’at maka akan dihindarkan dari fitnah kubur.” (HR. At-Tirmizi no. 994 dengan sanad yang shahih)
6) Rajin Membaca al-Qur’an Terutama Surah al-Mulk
Dari Ibnu Mas’ud r.a., ia berkata, “Seseorang didatangi di dalam kuburannya, lalu kedua kakinya didatangi. Maka kedua kakinya berkata, “Kalian tak punya jalan melalui arahku, karena dulu dia denganku sering membaca surat Al Mulk.” Lalu dia didatangi dari arah dadanya –atau berkata: perutnya- maka dia berkata, “Kalian tak punya jalan melalui arahku, karena dulu dia denganku sering membaca surat Al-Mulk.” Lalu dia didatangi dari arah kepalanya, maka kepalanya berkata, “Kalian tak punya jalan melalui arahku, karena dulu dia denganku sering membaca surat Al-Mulk.” Maka surat ini adalah Mani’ah, penghalang dari siksaan kubur, dan dia itu di dalam Taurah adalah surat Al-Mulk. Barangsiapa membacanya di malam hari, maka ia telah (melakukan kebaikan) yang sangat banyak dan telah memperpanjang (amalan).” (HR. Al-Hakim, no.3892 dan dinilai shaheh oleh adz-Dzahabi)
7) Senantiasa Berdo’a agar Mendapatkan Perlindungan dari Azab Kubur
Dalam beragam hadits, kita senantiasa mendapatkan penegasan Rasulullah Saw. terkait betapa pentingnya selalu memohon perlindungan seperti ini pada banyak sabdanya. Dari Zaid bin Tsabit r.a., dari Nabi Saw. beliau bersabda,“Sesungguhnya ummat ini akan diuji dikuburnya. Andai kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku berdoa kepada Allah agar memperdengarkan adzab kubur pada kalian seperti yang aku dengar.” Setelah itu beliau menghadapkan wajah ke arah kami lalu bersabd,: “Berlindunglah diri kepada Allah dari adzab neraka.” mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah dari adzab neraka.” beliau bersabda: “Berlindunglah diri kepada Allah dari adzab kubur.” mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah dari adzab kubur.” Beliau bersabda, “Berlindunglah kepada Allah dari fitnah-fitnah yang nampak dan yang teresmbunyi.” Mereka berkata: Kami berlindung diri kepada Allah dari fitnah-fitnah yang nampak dan yang tersembunyi.” Beliau bersabda, “Berlindunglah diri kepada Allah dari fitnahnya Dajjal.” mereka berkata: Kami berlindung kepada Allah dari fitnahnya Dajjal.” (HR. Muslim no. 5112)
8) Meninggal Karena Sakit Perut
Meninggal karena sakit perut bisa menjadi pertanda seseorang terbebas dari ancaman siksa kubur. Dari Abu Ishaq as-Sabi’i, ia berkata, Sulaiman bin Shurad berkata kepada Khalid bin ‘Urfuthah atau sebaliknya, “Bukankah engkau telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang meninggal karena sakit perut, ia tidak diadzab di kuburnya’? Maka salah seorang berkata kepada temannya, “Betul.” (HR. Tirmidzi, no. 1064. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih at-Targhib wa at-Tarhib, no. 1410).
Wallahu A’lam
Tags:
No Responses