Bulan Dzulhijjah adalah bulan ke dua belas dalam sistem kalender Hijriah dan juga merupakan salah satu bulan haram (bulan mulia). Allah Swt. telah mengistimewakannya dengan berbagai macam keutamaan yang kadarnya mendekati keutamaan yang terdapat dalam bulan Ramadhan, bahkan menyamainya. Rasulullah Saw. bersabda, “Dua bulan yang di dalamnya terdapat hari raya, dan pahala amal di dalamnya tidak pernah berkurang adalah bulan Ramadhan dan Dzulhijjah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itulah, banyak kaum muslimin yang merindukan kedatangannya khususnya calon jamaah haji yang sudah tidak sabar untuk mengunjungi baitullah di kota Makkah. Demikian juga para peternak dan pedagang kambing dan sapi yang siap membantu orang-orang yang akan berkurban pada hari idul Adha dengan stok hewan qurban.
Secara lebih khusus, keistimewaan bulan ini banyak terkonsentrasi pada sepuluh hari pertamanya. Allah Swt. berfirman dalam surat al Fajr ayat 1-2 yang artinya, “Demi waktu fajar dan malam yang sepuluh.” Ibn Abbas menyatakan bahwa malam-malam tersebut adalah malam-malam pertama pada bulan Dzulhijjah. Hal tersebut juga dikuatkan oleh sabda Nabi Saw. yang artinya, “Tidak ada hari di mana amal shalih lebih dicintai oleh Allah Swt. daripada hari-hari pada sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah.” (HR. Bukhari).
Amalan-Amalan Bulan Dzulhijjah
Memaksimalkan keutamaan waktu yang sudah Allah Swt. sediakan dengan berbagai bentuk ibadah yang disyariatkan adalah salah satu ciri orang yang bertakwa. Karena dengan itu dia bisa melakukan akselerasi taqarrub yang semakin menjadikannya mencintai Allah Swt. dan dicintai oleh-Nya. Di antara amalan-amalan yang disyariatkan dan bisa digunakan untuk melakukan akselerasi taqarrub pada bulan ini, terutama pada sepuluh hari pertamanya adalah:
1. Puasa
Rasulullah Saw. menganjurkan seorang muslim untuk memperbanyak puasa di sembilan hari pertama pada bulan Dzulhijjah. Beliau bahkan tidak pernah meninggalkan puasa di sembilan hari tersebut (HR. Nasai dan Ahmad, dhaif menurut Albani). Akan tetapi, jika seorang muslim tidak mampu untuk melakukannya, dia bisa melakukan puasa Daud (sehari puasa sehari berbuka). Namun, jika tidak mampu juga maka dia bisa melakukannya pada hari senin dan kamis. Atau paling minimal dan hendaknya tidak ditinggalkan adalah puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, yang disebut dengan puasa Arafah, karena pahalanya dapat menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang. (HR. Muslim).
2. Qiyamul Lail
Karena keutamaan sepuluh hari pertama pada bulan ini menyamai keutamaan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, maka hendaknya seorang muslim juga menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah dan taqarrub kepada Allah Swt. Bahkan, dalam salah satu riwayat Tirmidzi dinyatakan bahwa qiyam pada malam tersebut setara nilainya dengan qiyam pada malam lailatul qadar (HR. Tirmidzi, dhaif menurut Albani).
3. Memperbanyak Takbir
Pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, kaum muslimin juga dianjurkan untuk memperbanyak takbir, bahkan hingga pada hari-hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah). Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surat al Hajj ayat 28 yang artinya, “Supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan (ayyam ma’lumat)”, dan al Baqarah ayat 203 yang artinya, “Dan sebutlah nama Allah dalam beberapa hari yang berbilang (ayyam ma’dudat).” Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayyam ma’lumat adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Sedangkan ayyam ma’dudat adalah hari-hari tasyriq. Kemudian beliau menambahkan bahwa Ibnu Umar radiyallahu ‘anhu dan Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu pergi ke pasar pada hari-hari tersebut sembari bertakbir, sehingga masyarakat mengikuti apa yang mereka lakukan.
4. Qurban
Bagi kaum muslimin yang diberikan oleh Allah Swt. kemuliaan berupa materi berkecukupan, hendaknya bisa menyisihkan sebagiannya untuk menyembelih qurban pada hari Idul Adha. Ini merupakan salah satu bentuk napak tilas perjuangan khalilullah, Nabiyullah Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail ‘alaihimassalam. Juga implementasi dari firman Allah Swt. dalam surat al Kautsar ayat 2 yang artinya, “Maka laksanakanlah shalat untuk Rabbmu dan sembelihlah kurban”. Dan sabda Rasulullah Saw. yang artinya, “Tidaklah anak Adam melakukan sebuah amal pada hari Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah kecuali menyembelih kurban” (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah, hasan menurut keduanya). Bahkan Rasulullah Saw. mengancam orang-orang yang mampu untuk berqurban namun tidak mau melakukannya agar tidak mendekat ke masjid beliau. (HR. Ahmad dan Ibn Majah, hasan menurut Albani).
Salah satu sunnah yang diajarkan Rasulullah Saw. terkait qurban adalah hendaknya bagi orang yang ingin berqurban pada hari raya Qurban dan hari-hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah) nanti, dari sejak melihat hilal pada malam tanggal 1 Dzulhjijjah sebaiknya menahan diri dari memangkas rambut, memotong kuku, memotong bulu kemaluan, kumis, jenggot, bulu ketiak dan segala jenis bulu yang ada. Karena, amalan sunnah demikian seolah ikut membersamai dan merasakan ibadah ihram yang sedang dilakukan orang-orang yang sedang menunaikan ibadah haji di Makkah. Walaupun tidak dilarang memakai wewangian, pakaian berjahit layaknya mereka yang benar-benar sedang berihram dalam prosesi ibadah haji.
Tentang hal ini, Rasulullah Saw. bersabda, sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallaahu ‘anha, “Apabila kalian melihat hilal Dzilhijjah dan salah seorang kalian ingin berkurban, maka hendaknya dia menahan rambut dan kuku-kukunya (yakni tidak memotongnya,- red).” (HR. Muslim. Bahkan Imam Muslim membuat bab khusus untuk hadits ini dan hadits-hadits yang senada dengannya berupa, “Bab larangan bagi orang yang sudah masuk Dzulhijjah sementara ia ingin berkurban untuk tidak memotong rambut dan kukunya sedikitpun.”)
5. Umrah dan Haji
Puncak dari amaliyah ta’abbud dan taqarrub pada bulan ini adalah Haji yang merupakan rukun Islam yang ke lima. Ibadah yang hanya dikhususkan untuk kaum muslimin yang mampu (man istatha’a ilaihi sabila) ini merupakan dasar praktis dan teoritis bagi manhaj politik Islam yang wajah utamanya adalah kesatuan dan persatuan umat, di samping juga sebagai bentuk penyerahan diri secara nyata kepada Allah Swt. Karena banyak di antara amaliyah yang terdapat di dalamnya tidak diketahui hikmahnya. Oleh karena itulah, sungguh besar pahala orang berhaji. Rasulullah Saw. bersabda, “Haji yang mabrur tidak mempunyai balasan (yang setimpal) kecuali surga.” (HR. Bukhari)
Mari kita bersama-sama memanfaatkan momen Dzulhijjah yang merupakan bulan teakhir dalam sistem kalender hijriah ini dengan amalan-amalan yang baik, semoga dengannya Allah SWT melihat kesungguhan kita untuk menutup rangkaian amalan satu tahun kita dengan penutup yang baik (khusnul khatimah) sehingga Allah juga menutup hidup kita dalam keadaan terbaik, muslimun muttaqun. Ittaqullah wa laa tamuutunna illa wa antum muslimun.
Wallahu a’lam bi al shawab
Tags:
No Responses