” أُعْبُدْ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لمَْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ “رواه أبو نعيم عن زيد بن أرقم
“Beribadahlah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, Jika kamu tidak melihat-Nya maka sesunguhnya Ia melihatmu” (HR. Abu Nu`aim)
Hadits ini redaksinya tidak jauh berbeda dengan jawaban Rasulullah saw ketika ditanya oleh Malaikat Jibril tentang ‘Ihsan”, bedanya ada pada kata pembuka, pada hadits ini diawali dengan kata perintah. Oleh karenanya ini lebih tegas menggambarkan bahwa seharusnya ketika beribadah maka kita akan melakukannya dengan penuh ihsan.
Memang manusia di muka bumi ini tidak akan dapat melihat Allah swt, namum adanya perasaan melihat yang kemudian dikenal dengan “maqam musyahadah” ini akan sangat mempengaruhi sepak terjang manusia, di lupuk matanya hanya ada Allah sebagai tujuannya, ridha-Nya sebagai dambaan. Demikian setiap aktifitasnya akan menjadi bagian dari upayanya untuk mendekat kepada Allah swt. Pribadi yang seperti ini akan senantiasa seakan melihat syurga, hal ini akan memuncakkan expresi ibadahnya kepada Allah, seakan melihat neraka, hal ini akan membuatnya tertahan untuk melakukan segala keburukan yang dibenci Tuhannya, demikian tinggi tingkatan ini.
Jika manusia tidak bisa menghadirkan rasa seakan melihat, dan dia sanggup senantiasa merasa dilihat yang kemudian dikenal dengan “maqam muraqabah”, maka ia kan senantiasa merasa diawasi, dimanapun dan kapanpun keimananya akan Allah yang Maha Samii` dan Maha `Aliim akan senantiasa membuat dirinya seperti sedang terekam selalu segala aktifitasnya, sekecil apapun, dan sesepi apapun. Rasa ini akan membuat ia merasa malu tidak melakukan kebaikan dan merasa malu melakukan keburukan, sebagaimana Hasan Al-Basri ketika ditanya tentang rahasia keteduhan hidupnya, maka satu dari empat point jawabanyya beliau mengatakan :”Aku tahu dan yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi diriku, maka aku malu berbuat maksiat dihadapan-Nya”.
Demikianlah setiap manusia yang merasa melihat atau merasa dilihat Allah swt, akan menjadi manusia yang seanantiasa berbuat baik, maka secara perlahan ia akan menjadi bagian dari para muhsiniin. Wallahu yuhibbul muhsinin.
Fiqhul Hadits :
- Beribadahlah seakan melihat Allah dan atau minimal merasa dilihat Allah swt.
- Bermujahadahlah untuk senantiasa menghadirkan rasa muraqabatullah pada segala aktifitas.
- Jiwa yang senantiasa merasa melihat atau diawasi akan mudah mengambil tauladan kebaikan dan menjadikannya sebagai penghias diri sebagai bekal menuju Allah swt.
No Responses