Rahasia Keistimewaan Islam (Takdir Syar’i dan Takdir Kauni).

Rahasia Keistimewaan Islam (Takdir Syar’i dan Takdir Kauni).

Allah adalah otoritas pengetahuan. Dia maha mengetahui semua maslahat dan mafsadat; dulu, sekarang dan nanti.

Dia pula maha mengetahui manusia; fitrah, potensi baik buruk, lahir batin dan segala yang membahagiakan dan menyengsarakan mereka di dunia dan akhirat. Karenanya, selain diciptakan, manusia juga dituntun dengan beragam petunjuk; nabi beserta kitab suci. Bahwa hidup bertujuan; bukan tanpa maksud. Semuanya didasari oleh Rahmat, sekalipun ada sebagian karena hikmah. Intinya, tidak ada yang sia-sia. Semua itu sudah dirangkum oleh Allah dalam Al-Qur’an; dijelaskan oleh nabi secara detil via ucapan, perbuatan, penetapan (taqrir); termasuk perkara agama (adab) dan gambaran postur fisik beliau lewat narasi sahabat, tabi’in hingga sekarang; bahkan hingga masa depan. Dijelaskan oleh oleh alim ulama otoritatif sepanjang zaman di setiap tempat. Sehingga menjadi hujjah di akhirat kelak. Itulah Islam.

Jika manusia dibiarkan tanpa bimbingan Islam; pasti mereka binasa dengan kezaliman sendiri, orang lain, bahkan oleh setan jin. Rasio mandiri manusia tidak mampu menjangkau masa sekarang dan masa depan, sekaligus gelap tentang masa lalu. Maka, dipastikan tidak ada rasio manusia yang bisa dijadikan standar baku dalam menyelesaikan perselisihan antar manusia. Hanya Islam (Qur’an dan Sunnah) yang sudah terbukti secara empiris mengakurkan manusia di era Madinah. Maka tak heran, kata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, “Generasi terbaik adalah zamanku. Baru menyusul era setelahnya (3x)”.

Apa rahasianya? Karena rasio tunduk patuh pada Allah; talaqqi murni pada sumber kebenaran dan kebaikan. Mereka hanya cukup memahami dan mengamalkan. Itulah fungsi utama rasio. Mereka berijtihad saat blm ada Wahyu. Atau pada hal-hal yang tidak terkait agama (keislaman) seperti umumnya masalah duniawi. Jika kepada dokter saja umumnya manusia manggut-manggut, kenapa terhadap hadits nabi sering ngeyel?! Bukankah nabi adalah otoritas dunia akhirat, lahir batin. Sedang dokter hanya garansi kesehatan fisik duniawi?!.

Maka, wahai rasio! Duduklah di singgasanamu; pahami kehendak Allah dan rasulNya. Jangan terlalu berani menolak sesuatu yang belum engkau mengerti. Seperti fatwa ulama terkait covid-19. Yang engkau pahami saja masih sangat terbatas. Pahamilah dirimu. Engkau seperti mata. Tanpa cahaya, engkau bukanlah apa-apa. Timbanglah sesuatu sesuai kemampuanmu. Gunung, bukan engkau yang berhak mengukurnya. Padahal itu masalah murni duniawi. Apalagi seputar masalah ghaib, buta sekali pengamatanmu. Hanya dengan cahaya ilahi engkau bisa mengerti; itupun masih banyak yang engkau salahpahami. Ghaib itu pun masih ghaib skala duniawi; belum ghaib versi ukhrawi. Saat musim covid-19 aja engkau bingung; mana yang lebih maslahat untuk dirimu. Keluar dengan resiko tertular dan menularkan; ataukah diam. Resikonya, dapurmu terancam ga ngepul. Maka, firman Tuhanmu, “Bisa jadi engkau benci sesuatu, padahal baik bagimu. Atau, engkau senang sesuatu, padahal buruk untukmu.” (QS Al-Baqarah: 216)

Pimpinlah dirimu mengamati rahasi ilahi di balik alam semesta; langit, bumi, gunung, tumbuhan dll. Jika kamu jujur mengikuti fitrahmu, pasti kau imani Allah dan mengamalkan syari’atNya. Karena bukti kekuasaan, bentuk keteraturan, wujud perhatian, bukti profesionalitas tersibak dengan nyata di hadapan mata batin dan mata lahirmu. Itulah tujuannya ia dicipta. Selain itu, engkau berbekal keahlian yang membuatmu dipercaya. Sebagai ilmuwan kualitas atas; sebab kemudahan telah ungkau persembahkan kepada mereka via sains dan tekhnologi yang engkau teliti. Walaupun, sadarlah; tekhnologi dan sains memang memudahkan, tapi belum tentu membahagiakan. Karena bahagia itu ada pada rasa syukur, penuh harap yang disertai rasa takutmu pada Allah. Hanya Islam yang mengajarkan itu padamu. Sains dan teknologi memberimu sejumput kemudahan. Jika engkau sertai dengan tuntutan Islam tadi; kebahagiaan itu akan mengejarmu hingga surgaNya; tempat keabadian.

Itu, tentang alam semesta. Di dunia sosial, rumusnya lebih rumit lagi. Ada kebebasan manusia. Mereka kadang mau kadang tidak. Dunia manusia tidak konstan. Banyak faktor dan pertimbangan di balik sikap dan karakter manusia itu. Maka, wahai rasio, tak mudah bagimu mengerti sosiologi, psikologi, antropologi, ekonomi dll. Bahkan dunia manusia itu unik, jika dibandingkan alam hewani. Tak akan kau jumpai wahai rasio, hewan mana pun suka sesama jenis; bercinta tanpa malu di hadapan umum (emang hewan ga peduli kali…?). Tapi di dunia manusia, itu ada loh. Bahkan dari sejak era nabi Luth. Tanya kenapa? Karena setan bro ☺. Maka, wahai rasio; pahami batasanmu. Tahu dirilah ! Hanya di situ engkau boleh berfungsi sebagai referensi pengetahuan.

Kalau tidak demikian, ketahuilah wahai rasio; engkau hanyalah hawa nafsu Iblis yang diliputi oleh angkara murka (syubhat dan syahwat). Titik

Tags: , , , , , ,
banner 468x60

No Responses

Leave a Reply